Menakar Hilirisasi EchoLing: Perspektif dan Penguatan yang Diperlukan
Kata Kunci:
EchoLing, Hilirisasi Inovasi, Neurosains Kognitif, Pembelajaran Bahasa InggrisAbstrak
Investasi pendidikan bahasa Inggris di Indonesia telah berlangsung secara intensif sejak jenjang dasar hingga menengah. Namun, berdasarkan laporan EF English Proficiency Index 2023, tingkat kemahiran bahasa Inggris secara nasional masih berada dalam kategori rendah-menengah. Fenomena ini, yang dikenal sebagai "12 years-paradox" – dua belas tahun belajar namun tanpa hasil proporsional — mencerminkan kegagalan sistemik dalam pendekatan pembelajaran bahasa. Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakselarasan metode pembelajaran dengan rute alami pemerolehan bahasa berdasarkan cara kerja otak. Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, EchoLing dikembangkan sebagai inovasi berbasis neurosains kognitif dan ekologi pembelajaran. Konsep ini dirancang sebagai pendekatan akuisisi bahasa berdasarkan cara kerja otak melalui keterlibatan aktif, pengalaman kontekstual, dan aktivasi fungsi-fungsi kognitif yang mendukung pembelajaran alami dan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan Structured Classroom Activities (SCA) dan Structured Real-life Engagement (SRE), EchoLing menawarkan paradigma baru yang lebih selaras dengan mekanisme pemerolehan bahasa alami. Paper ini menakar potensi hilirisasi EchoLing sebagai hasil penelitian fundamental yang diarahkan menuju aplikasi terapan dalam konteks industri pendidikan. Saat ini, EchoLing masih berada pada tahap awal penelitian fundamental. Namun, berdasarkan landasan konseptual, teoretis, praktis (pengalaman lapangan), dan potensi nilai bisnis, EchoLing memiliki prospek untuk menciptakan nilai tambah baru dan membuka kategori inovasi baru dalam pembelajaran bahasa. Untuk mendukung pengembangan ini, diperlukan penguatan strategis, khususnya dalam aspek pendanaan, validasi riset, dan kolaborasi multipihak. Pengembangan EchoLing sedang diupayakan melalui pengajuan proposal pada skema Penelitian Fundamental Reguler Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Mengingat ketatnya kompetisi nasional, keberhasilan pendanaan tidak dapat dijamin. Oleh karena itu, strategi multipihak yang berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan kelangsungan riset dan kesiapan adopsi EchoLing di masa depan.